Makalah ASMA pada Lansia
Hallo temen-temen???
Pertama-tama saya ucapin trimakasih buat para pengunjung blog. Slamat datang di blog paling bermanfaat sedunia.
Dan saya doakan semoga orang-orang yang ngunjungin blog saya pada masuk surga semua, terus selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian
Pertama-tama saya ucapin trimakasih buat para pengunjung blog. Slamat datang di blog paling bermanfaat sedunia.
Dan saya doakan semoga orang-orang yang ngunjungin blog saya pada masuk surga semua, terus selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian
Pernafasan |
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2),
(3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
2008)
Menurut
WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada
pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013).
Usia
lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia
tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang
bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas
serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam dkk, 2008).
Perubahan
fisiologik (fungsi) pada sistem pernafasan yang terjadi antara lain :
1. Gerak pernafasan
Distribusi gasadanya perubahan hentuk, ukuran dada,
maupun volume rongga dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitudo
pernafasan menjadi dangkal, timbul keluhan sesak nafas. Kelemahan otot
pernafasan menimbulkan penurunan kekuatan gerak nafas, lebih-Iebih apabila
terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
Perubahan struktur anatomik saluran nafas akan
menimbulkan penumpukan lendir dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan
pendistribusian udara nafas dalam cabang-cabang bronkus.
2. Volume dan kapasitas paru menurun
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor: kelemahan
otot nafas, elastisitas jaringan parenkim paru menurun, resintensi saluran
nafas. Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan
ventilasi paru.
a)
Gangguan
transport gas
Pada usia lanjut
terjadi penurunan Pa02 secara bertahap, yang penyebabnya terutama disebabkan
adanya ketidakseimhangan ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa
pengambilan 02 oleh darah dari alveoli (difusi) dan transport 02 ke
jaringan-jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan olah raga.
Penurunan pengambilan 02 maksimal disebabkan antara lain karena berbagai
perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan berkurangnya
aliran darah ke paru akibat turunnya curah jantung.
b)
Gangguan
perubahan ventilasi pain
Pada usia lanjut
terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya penurunan kepekaan
kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral ataupun pusat-pusat pernafasan di
medulla oblongata dan pons terhadap rangsangan berupa penurunan Pa02,
peninggian PaCO2, perubahan pH darah arteri dan sebagainya.
B. Pengertian Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas
yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel,
eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan
gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat
reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner and suddarth, 2011).
Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. (GINA, 2011). Asma adalah suatu penyakit
dengan adanya penyempitan saluran pernapasan yang berhubungan dengan tanggap
reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus berupa hiperaktivitas otot polos
dan inflamasi, hipersekresi mukus, edema dinding saluran pernapasan, deskuamasi
epitel dan infiltrasi sel inflamasi yang disebabkan berbagai macam
rangsangan(Alsagaff, 2010
Asma adalah penyakit yang terjadi akibat adanya
penyempitan saluran pernafasan sementara waktu sehingga sulit bernafas
(Hasdianah, 2014).
Asma bronchial adalah penyempitan bronkus yang
bersifat reversible yang terjadi oleh karena bronkus yang bersifat hiperaktif
mengalami kontaminasi dengan antigen (Rab, 2010).
Asma bronchial adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan
tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempian ini bersifat berulang namun
reversible, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan
ventilasi yang lebih normal (Price, 2006).
C. Etiologi
Menurut Hasdianah, 2014 penyebab penyakit asma ini
dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Faktor Intrinsik
a)
Psikologis
Rangsangan psikologis dapat mencetuskan suatu
serangan asma , karena rangsangan tersubut dapat mengaktivasi sistem
parasimpatis yang diaktifkan oleh emosi, rasa takut dan cemas. Karena
rangsangan parasimpatis ini juga dapat mengaktifkan otot polos bronkious, maka
apapun yang meningkatkan aktivitas parasimpatis dapat mencetuskkan asma. Dengan
demikian individu yang mengalami asma mungkin mendapat serangan akkibat
gangguan emosinya.
b)
Kegiatan jasmani
Asma yang timbul karna bergerak badan atau olahraga
terjadi bila seseorang mengalami gejala-gejala asma selama atau setelah
berolahragaatau melakukan gerak badan. Pada saat penderita sedang istirahat, ia
bernafas melalui hidung. Sewaktu udara masuk
melalui hidung udara dipanaskan dan menjadi lembab. Saat melakukan gerak
badan, pernafasan terjadi melalui mulut, nafasnya semakin cepat dan volume
udara yang dihirup semakin banyak, hal ini lah yang menyebabkan otot yang peka
disaluran pernafasan mengencang sehingga sauran udara menjadi lebih sempit,
yang menyebabkan bernafas menjadi lebih sulit sehingga terjadilah gejala asma.
2.
Faktor Ekstrinsik
a)
Alergen
Merupakan factor pencetus asma yang sering dijumpai.
debu, bulu, polusi udara dan sebagainya yang dapat menimbukan serangan asma
pada penderita yang peka.
b)
Obat-obatan
Obat-obatan yang sering mencetuskan serangan asma
adalah reseptor beta, atau biasanya disebut dengan beta-blocker.
c)
Factor
Lingkungan
Cuaca lembab serta hawa gunung sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak menjadi dingin sering merupakan factor provokatif
untuk serangan. Kadang-kadang asma berhubungan dengan satu musim. Lingkungan
lembab, apalagi disertai banyaknya debu rumah atau berkembangnya virus infeksi
saluran pernafasan, merupakan pencetus serangan asmayang perlu diwaspadai.
BAB III
PEMBAHASAN
A. ASMA
Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik
saluran napas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik),
sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini
hari. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang
luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa
pengobatan. Seperti diketahui, saluran napas manusia bermula dari mulut dan
hidung, lalu bersatu di daerah leher menjadi trakea (tenggorok) yang akan masuk
ke paru. Di dalam paru, satu saluran napas trakea itu akan bercabang dua, satu
ke paru kiri dan satu lagi ke paru kanan. Setelah itu, masing-masing akan
bercabang-cabang lagi, makin lama tentu makin kecil sampai 23 kali dan berujung
di alveoli, tempat terjadi pertukaran gas, oksigen (O 2 ) masuk ke pembuluh
darah, dan karbon dioksida (CO 2 ) dikeluarkan.
Seperti
diketahui, saluran napas manusia bermula dari mulut dan hidung, lalu bersatu di
daerah leher menjadi trakea (tenggorok) yang akan masuk ke paru. Di dalam paru,
satu saluran napas trakea itu akan bercabang dua, satu ke paru kiri dan satu
lagi ke paru kanan. Setelah itu, masing-masing akan bercabang-cabang lagi,
makin lama tentu makin kecil sampai 23 kali dan berujung di alveoli, tempat terjadi
pertukaran gas, oksigen (O 2 ) masuk ke pembuluh darah, dan karbon dioksida (CO
2 ) dikeluarkan.
Penyakit asma dapat terjadi pada
siapa saja dan dapat timbul di segala usia, meskipun begitu, asma lebih sering
terjadi pada anak-anak di bawah lima tahun dan orang dewasa di usia sekitar 30
tahunan.
Masalah kesehatan ini umumnya
merupakan penyakit keturunan, tetapi tak sedikit yang menderita asma karena
alergi terhadap sumber tertentu. Beberapa sumber alergi di antaranya polusi
seperti debu dan asap, makanan, serbuk sari pada bunga, tepung, bulu binatang,
bau yang kuat, dan kondisi udara dingin. Selain itu, asma juga dapat muncul
ketika seseprang menderita sinusitis yang terus berulang.
Sementara itu, serangan asma terjadi
ketika paru-paru penderita teriritasi hingga saluran napasnya menjadi
menyempit, otot-otot di sekitaarnya mengencang, dan produksi dahak meningkat.
Setelah itu, akan timbul beberapa gejala seperti dada yang terasa sesak, sulit
bernapas, mengi, dan batuk-batuk.
Tetapi berbeda dengan asma di usia
muda, asma di usia lanjut kadang sulit teridentifikasi karena gejalanya hampir
sama dengan masalah kesehatan lain yang sering diderita orang dewasa, salah
satunya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Kemajuan dalam penanganan asma,
dengan pengobatan yang mutakhir saat ini mestinya tidak ada lagi pasien asma
yang meninggal karena serangan asma, bahkan angka bolos sekolah ataupun mangkir
dari pekerjaan sudah sangat berkurang. Hal ini terjadi akibat kemajuan dalam
pengobatan asma.
Jenis-Jenis Asma
Asma
sebenarnya terdiri dari beberapa jenis dan tiap jenisnya memiliki karakterisik
yang berbeda. Diagnosa yang tepat akan memudahkan dokter untuk meresepkan obat
yang sesuai dan memberikan rekomendasi yang tepat. Berikut adalah 9 jenis asma
yang perlu Anda ketahui:
1. Asma Alergi
Jenis
asma ini adalah yang paling umum di antara yang lain. Statistik menunjukkan
bahwa anak-anak lebih rentan terhadap asma alergi dengan kurang lebih 90%
memiliki gangguan tersebut. Alergen seperti debu, serbuk sari, dan tungau adalah
penyebab paling umum asma alergi. Berolahraga di udara dingin atau menghirup
asap, parfum atau cologne dapat membuat lebih buruk kondisi ini. Karena alergen
dapat ditemukan di mana-mana, orang dengan asma alergi harus berhati-hati
dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan.Sebisa mungkin, mereka harus
menjauhi tempat-tempat yang berdebu dan membuat rumah bebas debu.
2. Asma Non-alergi
Dari
namanya jelas bahwa asma non-alergi tidak dipicu oleh faktor alergi. Asma jenis
ini biasanya muncul setelah usia paruh baya dan sering disebabkan akibat
infeksi pada saluran pernafasan bawah dan atas. Asma non-alergi ditandai oleh
penyumbatan saluran udara akibat peradangan. Asma jenis ini bisa dikontrol
dengan pengobatan yang tepat. Gejala asma non-alergi meliputi mengi, batuk,
sesak napas, napas menjadi cepat, dan dada terasa sesak. Asma non-alergi dapat
dipicu oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan, kurang atau kelebihan
olahraga, udara dingin, hiperventilasi, udara kering, virus, asap, dan iritasi
lainnya.
3. Asma Nocturnal
Dari
namanya jelas bahwa asma jenis ini ada hubungannya dengan tidur. Asma nocturnal
dapat mengganggu tidur karena penderitanya dapat terbangun di tengah malam
akibat batuk kering. Dada sesak adalah salah satu gejala pertama dari asma nocturnal
yang diikuti oleh batuk kering. Asma nocturnal dapat membuat penderitanya lesu
di pagi hari akibat tidur malam yang terganggu.
4. Asma Akibat
Pekerjaan
Dari
namanya dapat disimpulkan bahwa asma jenis ini diperoleh akibat lingkungan
kerja yang tidak sehat. Salah satu pekerjaan yang bisa memicu asma adalah
mengajar (guru) akibat paparan debu kapur papan tulis. Jenis pekerjaan lain
meliputi pekerja pabrik (paparan debu dan bahan kimia lainnya), pelukis dan
pekerja konstruksi (terkena uap cat dan asap). Gejala asma jenis ini tidak
berbeda dari gejala asma secara umum seperti mengi, batuk kering, sesak napas,
serta napas pendek dan cepat.
5. Asma Anak
Asma
jenis ini biasanya terjadi ketika anak terpapar alergen tertentu seperti tungau
debu, jamur, protein hewani, dan alergen potensial lainnya.
6. Asma Dewasa
Asma
jenis ini berkembang setelah seseorang berusia dewasa. Kondisi ini bisa
disebabkan alergi, non-alergi, pekerjaan, musiman, atau nocturnal.
7. Asma Batuk
Jenis
asma ini agak sulit didiagnosa karena dapat terkaburkan oleh batuk lain yang
berhubungan dengan bronkhitis kronis atau penyakit sinus. Dibutuhkan tes dan
check-up sebelum dokter dapat membuat diagnosa yang tepat.
8. Asma Campuran
Ini
adalah campuran dari asma ekstrinsik dan intrinsik. Asma jenis ini umumnya
lebih serius karena penderita harus waspada terhadap kedua faktor ekstrinsik
dan intrinsik yang dapat memicu serangan asma.
9. Asma Musiman
Asma
musiman hanya terjadi pada musim-musim tertentu dimana serbuk sari atau alergen
hadir dalam jumlah melimpah. Sebagai contoh, seorang individu mungkin cukup
sehat sepanjang tahun kecuali saat musin tanaman berbunga. Musim bunga berarti
akan lebih banyak serbuk sari beterbangan di udara yang dapat memicu asma
B.
GEJALA PENYAKIT ASMA
Berikut adalah 10
gejala asma yang paling umum ditemukan:
1.
Kesulitan bernapas yang disebabkan sesak
napas atau napas yang sering terengah-engah. Gejala ini menjadi penanda asma
yang paling umum.
2.
Sering batuk. Batuk bisa menjadi tanda
adanya sesuatu yang salah pada paru-paru atau saluran pernapasan.
3.
Mengi
4.
Dada terasa sesak. Kondisi ini
menunjukkan bahwa paru-paru berada di bawah tekanan dan sebagai akibatnya
timbul rasa sakit konstan yang terjadi di daerah tersebut.
5.
Perasaan lelah dan lesu. Kedua hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup oksigen yang didistribusikan ke tubuh
oleh paru-paru.
6.
Cepat lelah ketika melakukan aktivitas
fisik seperti olahraga.
7.
Susah tidur. Kondisi ini dapat
menyebabkan tubuh terasa lesu keesokan harinya.
8.
Lebih sensitif terhadap alergi.
9.
Pembacaan rendah bila diperiksa
menggunakan peak flow meter. Peak flow meter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur fungsi paru-paru dan untuk menentukan apakah paru-paru bekerja di
tingkat normal dalam memanfaatkan oksigen.
10.
Ketidakmampuan untuk terlibat dalam
aktivitas fisik yang panjang tanpa mengalami masalah pernapasan.
C.
PENYEBAB TERJADINYA ASMA
1.Bawaan atau Turunan
Jika
di dalam sebuah keluarga ada yang mengindap penyakit asma, maka kemungkinan
besar keturunannya akan berakibat juga. Dan penyakit ini tidak menular,
melainkan melalui keturunan.
2. Udara Dingin
Suhu
yang dingin akan mengakibatkan timbulnya penyakit asma. Sperti cuaca hujan,
penggunaan AC dengan suhu yang tinggi dan di daerah-daerah pegunungan.
3. Makanan
Makanan
yang mengandung kadar MSG dan pengawet tinggi sangatlah untuk di jauhi, salah
satunya seperti kacang-kacangan, minuman es atau dingin, dan coklat.
4. Faktor Linkungan
Lingkungan
penuh debu, kotor, dan asap merupakan tempat awalnya timbul penyakit asma.
Karena hal tersebut sangat mengganggu dan sensi sekali dengan paru-paru. Oleh
sebab itu kami sarankan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan anda
dari kotor-kotor dan tentunya menjaga pola hidup yang sehat dan bersih.
D.
CARA MENCEGAH PENYAKIT ASMA
Cara Pencegahan asma
antara lain :
1.
Hindarkan alergen atou faktor pencetus
yang bisa membuat alergi.
2.
Gantilah sprei dan gorden seminggu
sekali.
3.
Hindarkan penggunaan karpet karena bisa
menjadi tempat menempelnya debu.
4.
Bersihkan tempat tidur kita setiap hari
agar tidak berdebu.
5.
Ada juga serangan asma akibat perubahan
cuaca, maka lindungilah dengan memakan makanan yang bergizi tinggi agar
memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga sehingga siap menghadapi perubahan
cuaca.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b/d spasme jalan nafas
2.
Ketidakefektifan
pola nafas b/d perubahan kedalaman pernafasan
3.
Hambatan
mobilitas fisikb/d penurunan ketahanan tubuh
4.
Ketidak
seimbangan nutrisi b/d hilang nafsu makan
5.
Resiko
jatuh b/d inefektifitas indra pengelihatan
6.
Defisiensi
pengetahuan b\d tidak familier dengan sumber informasi
INTERVENSI
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan Dan Krietria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Berhubungan dengan sekresi mucus
Batasan
Karakteristik:
–
Dispneu,
–
suara nafas tambahan
–
Orthopneu
–
Cyanosis
–
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
–
Kesulitan berbicara
–
Batuk, tidak efektif atau tidak ada
–
Mata melebar
–
Produksi sputum yang berlebih
–
Gelisah
|
NOC :
–
Respiratory status : Ventilation
–
Respiratory status : Airway patency
–
Aspiration Control
Kriteria
Hasil :
–
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
–
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas,frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
–
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas
|
NIC :
Airway
Management
–
Buka jalan nafas, mengunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
–
Posisikan pasien semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
–
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
–
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
–
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
–
Atur intake cairan
–
Monitor respirasi dan status O2
|
–
Membantu pasien mempermudah jalan nafas
–
Posisi yang nyaman dapat membantu mempermudah dalam bernafas
–
Untuk menentukan tindakan yang tepat pada jalan nafas pasien
–
Agar jalan nafas pasien efektif
–
Suara tambahan mengidentifikasi adanya kelain pada pernafasan
–
untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
–
mengetahui perkembangan pola nafas pasien
|
2
|
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan perubahan
kedalaman pernafasan
Batasan
karakteristik :
–
perubahan kedalaman pernafasan
–
perubahan ekskursi dada
–
mengambil posisi tiga titik
–
bradipneu
–
penurunan tekanan ekspirasi
–
penurunan ventilasi semenit
–
penurunan kapasitas vital
–
dipneu
–
peningkatan diameter anterior-posterior
–
pernafasan cuping hidung
–
ortopneu
–
fase ekspirasi memenjang
–
pernafasan bibir
–
takipneu
–
penggunaan otot aksesorius untuk bernafas
|
NOC :
–
Respiratory status : Ventilation
–
Respiratory status : Airway patency
–
Aspiration Control
Kriteria
Hasil :
–
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
–
Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
–
Tanda-tanda vital rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
|
NIC :
Airway
Management
–
Buka jalan nafas, mengunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
–
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
–
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
–
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
–
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
–
Atur intake cairan
–
Monitor respirasi dan status O2
Oxygen
therapy
–
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
–
Pertahankan jalan nafas yang paten
–
Atur peralatan oksigenisasi
–
Monitor aliran oksigen
–
Pertahankan posisi
pasien
Vital
sign Monitoring
–
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
–
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
–
Monitor pola pernafasan abnormal
|
–
Membantu pasien mempermudah jalan nafas
–
Posisi yang nyaman dapat membantu mempermudah dalam bernafas
–
Untuk menentukan tindakan yang tepat pada jalan nafas pasien
–
Agar jalan nafas pasien efektif
–
Suara tambahan mengidentifikasi adanya kelain pada pernafasan
–
untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
–
mengetahui perkembangan pola nafas pasien
–
untuk membebaskan jalan nafas
–
membantu memperbaiki pola pernafasan
–
peralatan oksigen yang tepat dapat membantu memperlancar pola nafas
–
aliran oksigen yang adekuat dapat mencegah terjadinya hipoksia
–
mengetahui tindak lanjut yang tepat
–
mengetahui perkembangan pasien
–
Aktivitas dapat mempengaruhi perubahan fungsi jantung
–
Pernafasan abnormal dapat mengidentifikasikan adanya kelainan
|
3
|
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan otot
Batasan
karakteristik :
–
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
–
Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas
–
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
–
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
–
Ketidakyamanan setelah beraktifitas
–
Dipsnea seteelah beraktivitas
–
Menyatakan merasa letih
–
Menyatakan merasa lemah
|
NOC :
–
Energy conservation
–
Activity tolerance
–
Self care : ADLs
Kriteria
hasil :
–
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peingkatan tekana darah ,
nadi dan RR
–
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
–
tanda-tanda vital normal
–
energy psikomotorik
–
level kelemahan
–
mampu berpidah dengan atau tanpa bantuan alat
–
status kardiopulmunari adekuat
–
sirkulasi status baik
–
status respirasi: pertukaran gas dann vetilasi adekuat
|
NIC
Activity
Therapy
–
kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan prrogram
terapi yang tepat
–
batu klien untuk mengidetifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
–
bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
–
bantu untuk medapatkan alat batuan aktitivitas seperti kursi roda, krek
–
bantu pasien megembangkan motivasi diri dan penguatan
–
monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
|
–
terapi yang tepat menghasilkan pemulihan kesehatan pasien secara cepat
–
melatih kemampuan akan memuihkan kesehatan pasien
–
menghindari cedera yang akan dilakukan
–
membantu proses penyembuhan
–
agar pasien tetap semangat dan tidak putus asa
–
agar mengetahui perkembanganya
|
4
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak nafsu makan
Batasan
karakteristik :
–
Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
–
Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
–
Membran mukosa dan konjungtiva pucat
–
Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
–
Luka, inflamasi pada rongga mulut
–
Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
–
Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
–
Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
–
Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
–
Miskonsepsi
–
Kehilangan BB dengan makanan cukup
–
Keengganan untuk makan
–
Kram pada abdomen
–
Tonus otot jelek
–
Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
–
Kurang berminat terhadap makanan
–
Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
–
Diare dan atau steatorrhea
–
Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
–
Suara usus hiperaktif
–
Kurangnya informasi, misinformasi
|
NOC :
–
Nutritional Status : food and Fluid Intake
–
Nutritional Status : nutrient Intake
–
Weight control
Kriteria
Hasil :
–
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
–
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
–
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
–
Tidk ada tanda tanda malnutrisi
–
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
–
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
NIC :
Nutrition
Management
–
Kaji adanya alergi makanan
–
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
–
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
–
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
–
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
–
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
–
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
–
Monitoring BB pasien dalam batas normal
–
Monitor adanya penurunan berat badan
–
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
–
Monitor mual dan muntah
–
Monitor kalori dan intake nutrisi
|
–
Agar dapat menentukan makanan yang tepat untuk pasien
–
Untuk menentukan diet yang tepat
–
Agar keseimbangan nutrisi kembali normal
–
Diet tinggi serat dapat mencegah konstipasi
–
Mempercepat kembalinya keseimbangan nutrisi
–
Meningkatkan pengetahuan dalam kebutuhan nutrisi
–
Mengetahui tingkat pemahaman pasien
–
Mengetahui perkembangan kesehatan
–
Agar dapat dilakukan tindakan secara cepat
–
Untuk mengetahui tanda kekurangan nutrisi
–
Output yang berlebih dapat menggangu keseimbangan nutrisi
–
Agar keseimbangan nutrisi tetap terpenuhi
|
5
|
Resiko Jatuh b\d Inefektivitas indera penglihatan
Batasan
Karakteristik :
–
Anemia
–
Penurunan kekuatan ekstremitas bawah
–
Gangguan keseimbangan
–
Kondisi pascabedah
–
Adanya penyakit akut
–
Gangguan pengelihatan
–
Penurunan status mental
–
Konsumsi alkohol
–
Lingkungan yang semrawut
–
Tidak ada bahan antiselip dikamar mandi
–
Pencahayaan yang redup
–
Lantai basah
|
NOC :
–
Balance
–
Coordinated movements
–
Prevention behaviors fall
Kriteria
Hasil :
–
Resiko jatuh akan menurun
–
Dapat mencegah terjadinya resiko jatuh
–
Pengetahuan sudah terpenuhi
|
NIC :
–
Menggunakan aktivitas dan pergerakan tertentu untuk mempertahankan,
meningkatkan, dan mengembalikan keseimbangan tubuh
–
Menerapkan tindakan kewaspadaan terhadap hal-hal yang mengakibatkan resiko
jatuh
–
Bantu menganalisa keadaan lingkungan sekitar
|
–
Untuk mengurangi resiko jatuh dan cedera fisik pada klien
–
Agar klien selalu berhati-hati dalam beraktivitas / berpindah tempat
–
Agar klien ingat tempat resiko cedera
|
6
|
Defisiensi pengetahuan b\d tidak familier dengan sumber
informasi
Batasan
Karakteristik :
Subjektif
Mengungkapkan
masalah secara verbal
Objektif
Tidak
mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat
Performa
uji tidak akurat
Perilaku
yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan ( sebagai contoh, histeris,
bermusuhan, agitasi, atau apatis)
|
NOC :
–
Knowledge: Tingkat pemahaman yang ditunjukan tentang cara menangani asma
Kriteria
Hasil :
–
klien mampu mengidentifikasikan dan mengungkapkan gejala asma
–
mengidentifikasikan, mengungkapkan dan menunjukan tekhnik untuk mengontrol
asma
–
vital sign dalam batas normal
–
bahasa tubuh menunjukan sudah bisa mengontrol asma
|
NIC :
–
kaji keterbatasan fisik dan mental untuk menerima informasi
–
Menggali seberapa jauh tingkat pemahaman klien
–
Berikan informasi secara berulang dan beri penekanan
|
–
Untuk mengetahiu metode dan cara pemberian informasi yg efektif ke klien
–
Agar memudahkan dalam menyampaikan informasi selanjutnya
–
Agar klien mengerti dan bisa mendemonstrasikan informasi yg telah diberikan
|
IMPLEMENTASI
Setelah
rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya diterapkan dalam bentuk
tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat dan klien.hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi
adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan
teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada waktu dan
situasi yang tepat.Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi dan
didokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (
Nurarif, 2015 ).
EVALUASI
Evaluasi
merupakan tahap akhir proses keperawatan yang digunakan sebagai alat ukur
keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang telah dibuat meskipun evaluasi
diangap tahap akhir dari proses keperawatan. Eveluasi ini berguna untuk menilai
setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan
akhir.
Evaluasi
terdiri dari : evaluasi proses dilakukan pada setiap akhir melakukan tindakan
keperawatan, evaluaasi hasil memberikan arah apakah rencana tindakan dihentikan
dimodifikasi atau dilanjutkan. Evaluasi hasil dicatat dan dapat dilihat pada
catatan perkembangan yang meliputi aspek subyektif, obyektif, analisa dan
palnning, evaluasi akhir yang menggambarkan apakah tujuan tercapai, tercapai
sebagian atau tidak sesuai dengan rencana atau timbul masalah baru.( Nurarif,
2015 ).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Asma
bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas. Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non
alergik) ,Asma gabungan.
Dan ada beberapa hal yang merupakan
faktor penyebab timbulnya serangan asma bronkhial yaitu : faktor
predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress,
lingkungan kerja, olahraga/ aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan serangan
asma dapat dilakukan dengan :
- Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
- Menghindari kelelahan
- Menghindari stress psikis
- Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
- Olahraga renang, senam asma
DAFTAR
PUSTAKA
Hasdianah, dkk (2014). Imunologi Diagnosis dan Teknik
Biologi Molekuler. Yogyakarta : Nuhamedika
Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta : Salemba
Maryam, Siti dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta
: Trans Info Medika
Nurarif, Amin Huda & Hardhi K. (2015). Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Jogjakarta :
Mediaction.
ASKEP ASMA : (www.academia.edu/8314676/ASKEP_ASMA_BRONKIAL_PADA_LANSIA
di akses
Pada 10-09-2018 12.30)
Comments
Post a Comment