Dinamika Keluarga



Hallo temen-temen???
Pertama-tama saya ucapin trimakasih buat para pengunjung blog. Slamat datang di blog paling bermanfaat sedunia.
Dan saya doakan semoga orang-orang yang ngunjungin blog saya pada masuk surga semua, terus selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian

Family
DINAMIKA KELUARGA SETELAH ANAK LAHIR

            Kelahiran seorang anak menyebabkan timbulnya suatu tantangan mendasar terhadap struktur interaksi keluarga yang sudah terbentuk. Menjadi orang tua menciptakan periode ketidak stabilanyang menuntut perilaku yang meningkatkan transisi untuk menjadi orang tua. Orang tua harus menggali hubungan mereka dengan bayi dan mengatur kembali hubungan diantara mereka. Apabila ada anak lain, orang tua harus menyesuaikan diri mereka untuk juga melibatkan anak yang lain dan anak-anak yang lebih tua harus menyesuaikan diri terhadap tuntutan bayi akan kasih dan waktu orangtua (Walz, Rich, 1983). Perawat yang memahami proses menjadi orang tua, termasuk penyesuaian orang tua, saudara, dan kakek-nenek dipersiapkan untuk membantu anggota keluarga pada masa transisi untuk menjadi orang tua.

PROSES MENJADI ORANGTUA

            Selama periode prenatal, ibu ialah satu-satu nya pihak yang membentuk lingkungan tempat janin berkembang dan bertumbuh. Persatuan simbiosis tertutup antara bayi dan anak berakhir pada saat bayi lahir. Kemudian orang lain mulai terlibat dalam perawatan bayi, secara penuh ataupun sewaktu-waktu. Siapapun baik orang tua pengganti maupun orang tua biologis, wanita atau pria yang melakukan peran orang tua memasuki suatu hubungan penting dengan anak tersebut seumur hidupnya. Wanita dan pria tentunya, dapat hidup tanpa seorang anak, sehingga pada hakikatnya, mejadi orang tua merupakan suatu pilihan. Menjadi orang tua bisa merupakan faktor pematangan dalam diri seorang wanita atau pria tanpa tanpa memperhatikan apakah anak yang di asuh memiliki hubungan biologis atau tidak. Untuk anak-anak, peran orang tua sangat penting. Keadaan mereka selanjutnya tergantung pada kecukupan asuhan yang diterima.
            Tugas, Tangggung jawab, dan sikap yang membentuk peran menjadi orang tua di rumuskan oleh Steele dan Pollack (1968) sebagai fungsi menjadi ibu (mothering function). Ini merupakan proses orang dewasa (pribadi yang matang, penyayang, mampu dan mandiri) mulai mengasuh seorang bayi (pribadi yang tidak matang,tidak berdaya, dependen). Setiap orang tua bisa memperlihatkan sifat keibuannya. Sifat keibuan saat ini di ketahui sebagai suatu kemampuan yang tidak terkait pada jenis kelamin tertentu. Kemampuan untuk menunjukan kelembutan, kasih, dan pengertian dan meletakkan kepentingan oranglain di atas kepentingan diri sendiri tidak hanya terbatas pada wanita adalah ciri karakteristik seorang individu.
            Steele dan Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan satu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama, bersifat praktis atau mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan motorik; Komponen kedua, bersifat emosional, melibatkan keterampilan afektif dan kognitif. Kedua komponen ini penting untuk perkembangan dan keberadaan bayi

PERKENALAN,IKATAN, DAN KASIH SAYANG DALAM MENJADI ORANG TUA

            Walaupun pun sudah banyak riset dilakukan untuk membuka tabir proses orang tua bisa mengasihi dan menerima seorang anak dan seorang anak bisa mengasihi dan menerima orangtua nya, para ahli masih tidak mengetahui apa motivasi dan komitmen orang tua dan anak-anaknya selama bertahun tahun dalam saling mendukung dan merawat satu dengan lain. Proses ini sering di sebut attachment (kasing sayang) atau bonding (ikatan), istilah yang sering tertukar pemakaiannya walaupun sebenarnya memiliki definisi yang berbeda. Bonding, di definisikan Brazelton (1978) sebagai suatu ketertarikan mutual pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka bertemu. Attachment terjadi pada periode kritis, seperti pada kelahiran atau adopsi. Hal ini menjelaskan suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengingat individu dengan individu lain. Hal ini bersifat unik, spesifik, dan bertahan lama (Klaus, Kennell, 1982). Proses kasih sayang di jelaskan sebagai sesuatu yang linear, di mulai saat ibu hamil, semakin menguat pada awal periode pasca partum, dan begitu terbentuk akan menjadi konstan dan konsisten. Hal ini sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental sepanjang rentang kehidupan (Parkes, Stevenson-Hinde, 1982).     
            Mercer (1982)  menulis lima kondisi yang mempengaruhi ikatan sebagai berikut :
1.      Kesehatan Emosional orang tua (termasuk kemampuang untuk mempercayai oranglain)
2.      Sistem dukungan sosial yang menjadi pasangan-pasangan hidup, teman, dan keluarga.
3.      Suatu tungkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dalm memberi asuha yang kompeten.
4.      Kedekatang orang tua dengan bayi
5.      Kecocokan orang tua bayi (termasuk keadaan, temppramen, dan jenis kelamin bayi).

Apabila salahsatu prkondisi ini hilang atau terganggu, intervensi ahli diperlukan untuk memastikan proses ikatan.
            Menurut Sainton (1983) Ikatan ialah pertukaran perasaan karan adanya ketertarikan, respon, dan kepuasan dan intensitasnyabisa berubah bila keadaan berubah seiring perjalanan waktu. Ikaan berkembang dan di pertahankan oleh kedekatan dan interaksi. Seperti halnya setiap proses perkembangan, ikatan di tandai dengan adanya periode kemajuan dan regresi dan bisa juga terhenti sementara atau permanen.
            Bowlby (1958) dan penulis lain (Ainsworth,1969, 1970; Ainsworth, Bell, 1970; Brazelton, 1963, 1973), telah memperluas konsep ikatan menjadi mutualitas, artinya karakteristik dan perilaku bayi menyebabkan menculnya suatu perangkat perilaku dan krakteristik maternal yang sesuai. Bayi menunjukan perilaku penanda (signaling behavior) seperti menangis, tersenyum, dan mngeluarkan suara yang yang mnenginisiasikan kontak dan membuat ibu mendekati anak nya. Perilaku ini kemudain diikuti oleh perilaku eksekutif, seperti rooting, menggenggam, dan penyesuaian postur untuk mempertahankan kontak. Pengasuh lebih mudah tertarik pada bayi yang terjaga, resposif, dan lucu daripada bayi yang mudah menangis dan tampaknya tidak menarik. Ikatan akan mudah terjadi apabila bayi memiliki tempramen, kemampuan sosial, penampilan, dan jenis kelamin yang sesuai dengan harapan orangtua. Apabila anak anak tidak memenuhi harapan itu, timbul kekecewaan yang dapat memperlambat proses ikatan.
            Bagian penting dari ikatan ialah perkenalan (Klaus, Kennell, 1982). Orang tua melakukan kontak mata, menyentuh berbicara dan mengeksplorasi segara setelah mereka mengenali bayinya, yakni beberapa saat setelah melahirkan. Orang tua yang mengadopsi anak mengalami proses yang sama ketika mereka pertama kali berjumpa dengan anakanya. Selama periode ini, keluarga mecari identifikasi bayinya melalui proses klaim. Mula-mula anak akan dicari “kesamaannya” dengan anggota keluarganya, kemudian “perbedaanya,” dan akhirnya “keunikannya”. Pendatang baru yang unik ini kemudian bergantung dengan keluarga. Ibu dan Ayah akan memperhatikan bayi ini dengan cermat. Mereka mengemukakan sifat-sifat bayi yang mirip dengan naggota keluarga dan menjalin hunbungan diantara mereka. Ibu mungkin akan berkomentar sebagai berikut, yang menyatakan proses klaim : “Dia mendekapnya erat-erat dan berkata,” Ia seperti bayangan ayahnya, tetapi saya lihat satu bagian tubuhnya sama seperti saya bentuk jari kakinya seperti jari kaki saya. Lihat, ia tersenyum. Tampaknya ia menyukai candaan ibunya.”
            Respon orang tua memberi implikasi langsung terhadap rawatan. Pertawat dapat menciptakan suatu lingkungan yang meningkatkan kontak positif orang tua anak. Perawat dapat mendorong kesadaran orang tua tentang kemampuan dan respons anaknya untuk berkomunikasi, memberi dukungan dan dorongan semangat saat orang tua berusaha untuk menjadi kompeten dan memainkan perannya dengan penuh kasih, dan meningkatkan proses ikatan.

Komunikasi Orang Tua Anak
            Ikatan di perkuat melalui pernggunaan respons sensual atau kemampuan oleh kedua pasangan dalam melakukan interaksi orang tua anak. Respons sensual dan kemampuan yang di pakai dalam komunikasi antara orang tua dan anak meliputi hal-hal berikut. Perawat harus tetap ingat bahwa kemungkinan ada variasi budaya yang mempengaruhi suatu perilaku

Sentuhan
            Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orag tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir. Banyak ibu yang segera ingin meraih anaknya saat ia baru dilahirkan dan tali pusatnya di potong. Mereka mengangkat bayi ke dada, merangkulnya kedalam pelukan, dan mengayun-ayunnya. Begitu anak dekat dengan ibunya, mereka memulai proses eksplorasi dengan ujung jarinya, salah satu daerah tubuh yang paling sensitif. Untuk ibu dan pengasuh lain (ayah, perawat, dan mahasiswa kedokteran), penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hampis sama (Rubin, 1963; Klaus, Kennell, 1982; Tulman, 1985)

Kontak Mata
            Kesenagan untuk melakukan kontak mata di perlihatkan berulang-ulang. Beberapa ibu berkata, begitu bayinya bisa memandang mereka, mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982). Orang tua menghabiskan waktu yang lama untuk membuat bayinya membuka mata dan melihat mereka.
            Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang, seringkali dalam posisi bertatapan. En face (bertatapan muka) ialah suatu posis dimana kedua wajah terpisah kira-kira 20cm pada bidang pandang yang sama.

Suara
            Saling mendengar dan meresponi suara antar orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Saat suara yang membuat mereka yakin bayinya dalam keadaan sehat terdengar, mereka mulai melakukan tindakan untuk menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan suara bernada tinggi, bayi menjadi tenanag dan berpaling ke arah mereka.

Aroma
            Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respons terhadap aroma/bau masing-masing. Ibu berkomentar terhadap aroma bayi mereka ketika baru lahir dan mangetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainton, 1985).

Entrainment
            Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai pembicaraan orang dewasa (Condon, Sander, 1974). Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Hal ini berarti bayi telah mengembangkan irama muncul akibat kebiasan jauh sebeleum ia mampu berkomunikasi dengan kata-kata. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicarairama ini juga berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.

Bioritme
            Anak yang belum lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya, miasalnya pada denyut jantung. Setelah lahir, bayi yang menangis dapat di tennangkan dengan di peluk dalam posisi sedemikian sehingga ia dapat mendengar denyut jantung ibunya atau mendengar suara denyut jantung yang direkam. Salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (Biorotme). Orangtua dapat mambantu proses ini dengan membantu kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini meningkatkan interaksi sosial dan kekempatan bayi utnuk belajar.

Kontak Dini
            Riset pada mamalia yang bukan manusia menunjukan bahwa kontak dini anata ibudan keturunan nya penting utnuk mengembagkan hunbungan di masa yang ankan datang. Saat ini, tidak ada bukti-bukti ilmiah yang menunjukan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hunbungan orang tua anaknya.
            Keuntungan fiologis kontak dini antara ibu dan bayi telah di dokumentasikan (Klaus, Kennell, 1982). Pada ibu, kadar oksitosin dan prolaktin meningkat; pada bayi, refleks menghisap dilakukan dini. Proses pembentukan kekebalan aktif dimulai ketika bayi mulai menelai flora dari kulot ibu.
            Jam-jam atau hari pertama setelah lahir bisa merupakan waktu yang sentitif bagi interaksi orang tua bayi. Kontak dekat yang dini bisa mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak. Hal ini bukan berarti bahwa penundaan akan menghambat proses ini (manusia sangat fleksibel tentang masalah ini), tetapi mungkin di perlukan tambahan energi psikologis untuk mencapai efek yang sama. Penundaan orang tua dalam mengeluarkan energi ini, bisa mempengaruhi masa depan kesejahteraan bayi.

Kontak Secara Luas
            Praktik kelahiran yang menetapkan keluarga sebagai fokus perawatan. Alternatif seperti melahirkan di rumah sendiri, di rumah bersalin, dan unit persalinan yang berpusat pada keluarga, mencerminkan keinginan orang tua untuk berbagi proses kelahiran dan untuk melakukan kontak yang kontinu lebih lama pada bayi mereka.
            Salah satu metode perawatan yang berpusat pada keluarga ialah memberi fasilitas ruangan bagi perawatan ibu dan bayi. Bayi di transfer dari ruangan perawatan transisi (jika ada fasilitas semacam ini pada rumah sakit tersebut) ssetela menunjukan adaptasi ekstrauterin yang memuaskan. Ayah di anjurkan mengunjungi dan berpartisipasi dalam perawatan bayi. Saudara kandung dan kakek-nenek juga di anjurkan melakukan kunjungan dan mengenali bayi. Banyak rumah sakit yang menyediakan unit bersaki  keluarga. Ibu ditemani ayah sewaktu melahirkan bayi dan mereka bertiga di perbolehkan tinggal bersama sampai keluar dari rumah sakit. Petugas kesehatan, dokter, dan perawat memberi perawatan yang di perlukan ibu dan anaknya. Rumah sakit lain mengijinkan ibu dan bayi nya keluar dari rumah sakit dua sampai 24 jam setelah mleahirkan jika kondisi ibu dan bayi mengijinkan. Dalam hal ini, perawat akan mealkukan pemerikasaan lebih lanjut dengan melakukan kunjungan rumah.

PERAN ORANG TUA SETELAH BAYI LAHIR

            Utuk orang tua biologis, peran orang tua di mulai selagi kehamilan membesar dan semakan kuat saat bayi di lahirkan. Merawat dan mengasuh anak di mulai sebelum bayi baru lahir, yakni ketuka ibu mulai memperhatikan kesehatannya demi “kebaikan bayinya” dan ayah, yang mengasuh pasangannya dan memperhatikan anaknya yang belum lahir, mulai melakuikan fungsi sebagai orang tua
            Selama periode pasca partum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kabiasaan lama perlu di ubah atau di tambah dengan yang baru. Ibu dan ayah memberi respons terhadap perubahan peran orang tua melalui suatu perjalanan waktu yang bisa di duga sebelumnya.
            Pada periode awal, orang tua harus mngenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlindungan, perawatan, dan sosaialisasi. Apa yang sudah du hasilkan melalui proses biologis kehamilan sekarang memerlukan suatu rantai aktuvitas berupa perawatan. Periode ini di tandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tututan untuk mengasuh.
            Orang tua dan anak pertumbuh dalam peran mereka masing-masing sampai kematian memisahkan mereka. Hal yang sangat mengesankan dari proses interaksi orang tua anak, yang berlangsung seumur hidup ini, ialah perubahan yang konsisten sepanjang perjalanan waktu. Individu yang terlibat tidak hanya berurusan dengan keadaan saat ini, tetapi juga dengan masa depan. Mereka perlu dukungan dan perawatan pada saat ini dan pedoman untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

Tugas dan Tanggung jawab Orang Tua
            Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak idealnya. Hal ini berarti, orang tua harus menerima penampilan fisik, jenis kelamin, tempramen, dan status fisik anaknya. Apabila anak yang diperolah ternyata sangat berbeda dengan yang dibayangkan sebelumnya, orang tua akan memerlukan waktu untuk bisa menerima anak tersebut sepenuhnya.
            Beberapa orang tua terkejut terhadap penampilan fisik anaknya ukuran tubuh , wana kulit, molase, kepala, atau tungkai yang terlihat agak bengkok. Banyak ayah mengatakan mula-nula mereka berfikir bentuk kepala yang aneh (karena molase) menunjukan anaknya mngealami retardasi mental.
            Kekecewaaan terhadap jenis kelamin bayi juga memerlukan waktu untuk dapat di redakan. Beberapa orang tua merasa sangat sedih akan jenis kelamin anaknya, sebelum kemudian mereka dapat menerimanya. Ibu atau ayah mungkin melakukan perawatan yang cukup kepada bayinya, tertapi tidak dengan tulus sampai perasaan ini teratasi.
            Orang tua perlu meyakini bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pribadi yang terpisah dari diri mereka, artinya, sesorang yang memiliki banyak kebutuhan dam memerluka n perawatan.
            Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk aktivitas merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan bayi dalam mengatakan apa yang diperlukan, dan memberi respons yang tepat.
            Orang tua harus menetapkan kriteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk menilai keseuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi. Orang tua biasanya sangat sensitif yehadap respons bayi. Seorang ayah menceritakan pengalamnnya saat pertama kali berusaha mencium bayinya. Pada saat itu, bayinya memalingkan kepalanya. Respons yang terus menerus di anggap negatif oleh orang tua akan mengganggu hubungan orang tua anak dan akan merugikan bayi.
            Kepercayaan diri akan membaik seiring peningkatan kemampuan. Ibu yang memliki bayi prematur menagtakan bahwa kemampuan perawat dalam merawat bayi membuat mereka merasa tidak mampu memberi perawatan yang adekuat. Karena itu perawat memiliki kesempatan untuk memberi instruksi kepada ibu baru untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Ibu yang nenyusui bayi nya berkomentar bahwa hal ini telah membuat mereka merasa telah memberi sesusatu yang unik terhadap kesejahteraan anaknya.
            Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru kahir didalam keluarga. Baik bayi ini merupakan yang pertama maupun yang terakhir, semua anggota keluarga harus menyesuaikan peran meraka dalam menerima kedatangan sipendatang baru ini. Anak yang semula merupakan anak tunggal, perlu menerima seorang saingan dalam memperoleh kasih sayang orang tua. Seorang anak yang lebih tua memerlukan dukungan ketika ia kehilangan posisinya sebagai bayi keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengatasi perubahan ini.
            Orang tua perlu menetapkan keunggulan hubungan dewasa mereka untuk memeperatahankan keluarga sebagai suatu kelompok. Karena ini meliputi pengaturan banyak peran, misalnya, hubungan seksual, perawatan anak, karier dan peran dalam masyarakat, waktu dan energi harus di curahkan untuk tugas penting ini.

Penyesuaian Maternal
            Ada tiga fase penyesuaian ini terhadap perannya sabagai orang tua. Fase-fase penyesuaian maternal ini ditandai oleh perilaku dependen, perilaku dependen mandiri, dan perilaku interdependen

Fase Dependen
            Fase Dependen ialah suatu waktu yang oenuh kegembiraan dan kebanyakan orang tua sangat suka mengomunikasikannya. Mereka merasa perlu menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata. Pemusatan,analisis, dan sikap yang menerima pengalaman ini membantu orang tua untuk berpindah ke fase berikutnya. Beberapa orang tua dapat menganggap petugas atau ibu yang lain sebagai pendengarnya. Orangtua lain lebih suka menceritakan perasaannya kepada keluarga atau kerabat.
            Kecemasan dan keasyikan terhadap peran barunya sering mempersempit lapangan persepsi ibu. Oleh karena itu, informasi yang diberikan pada waktu ini perlu diulang.

Fase Dependen-Mandiri
            Dalam fase Dependen-mandiri ibu, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakikan segala sesuatu secara mandiri Ia berespon dengan oenuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia memliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Rubin (1961) menjeaskan keadaan ini sebagai fase taking-hold.

Fase Interdependen
            Fase Interdependen (letting-go) merupakan fase yang penuh stres bagi orang tu. Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Pria dan wanita harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak, mengatur rumah, dan membina karier. Suatu upaya khusus harus dilakukan untuk memperkuat hubungan orang dewasa dengan orang dewasa sebagai dasar kesatuan keluarga.

Penyesuaian Paternal

            Saat ini deiketahui bahwa hubungan antara ibu-anak tidak beralngsung dalam suatu kevakuman, tetapi berada dalam suatu konteks sistem keluarga. Dalam budaya Amerikabayi baru lahir diketahui memberi dampak yang besar terhadap ayah. Aayah menunjukkan keterlibatan yang dalam dengan bayi meraka. Greenberg dan Morris (1976) menyebut absorpsi keasyikan, dan kesenagan ayah dengan bayinya sebagai engrossment (memikat/mengasyikan).
Riset tentang hubungan  hubungan orang tua membuat perawat mampu memahami msalah penyesuaian ayah. Misalnya, suatu studi yang dilakukan oleh Henderson dan Brouse (1991) tentang pengalaman para ayah baru selama tiga minggu pertama kehidupan bayi menyatakan bahwa para ayah baru ini menjalani tiga tahap proses yang usdah bisa di perkirakan sebelumnya. Tahap pertama meliputi pengalaman prakonsepsi, yakni akan seperti apa rasanya jika mereka membawa bayi mereka pulang ke rumah. Tahap kedua adalah realitas yang tidak menyenangkan tentang menjadi ayah baru.Beberapa ayah mungkin menyadari bahwa harapan mereka sebelumya tidak didasarkan pada kenyataan. Perasaan sedih dan ragu-ragu seringkali menyertai realitas. Tahap ketiga meliputi keputusan yang dilakukan dengan sadar untuk mengontrol dan menjadi lebih aktif terlibat dalm kehidupan bayi mereka.
            Masih bnayak yang harus dipelajari mengenain hubungan ayah dan keturunannya. Untuk menjelaskan fenomena ini dengan di perjelas riset harus diperluas dengan melibatkan ayah dan latang belakang budaya dan ayah dari keluarga bukan tradisional. Namun berdasarkan informasi yang saat ini, perawat dapat membantu para ayah melewati masa transisi ini. Intervensi yang meningkatkan rasa kompeten dan rasa percaya diri akan membantu para ayah dalam masa transisi yang sulit ini (Henderson, Brouse, 1991).

Penyesuaian Bayi-Orang tua

Bayi yang baru lahir berpartisipasi aktif dalam membentuk reaksi orang tuanya terhadap mereka (Brazelton, Cramer, 1990). Interaksi orangtua-bayi ditandai dengan “suatu rangkaian irama, repertoar, perilaku dan pola tangggung jawab (Field, 1978). Hal ini unik pada setiap pasangan. Interaksi dapat di perbaiki dengan cara sebagai berikut : (1) modulasi ritme, (2) modifikasi repertoar perilaku, dan (3) respons yang mutual.

Ritme
            Untuk mengatur ritme, baik orangtua maupun bayi harus mamou untuk saling berinteraksi. Karena itu bayi harus berada dalam keadaan sadar penuh, suatu keadaan tidur-bangun yang laing sulit dipertahankan. Keadaan sadar ini lebih sering muncul    pada saat makan atau saat saling memandang. Orang tua harus berusaha keras membantu bayinya mempertahankan keadaan sadar penuh ini dalam waktu yang cukup lama dan cukup sering sehingga interaksi dapat terjadi. Semakin lama bayi melakukan interaksi yang lebih lama dengan menyesuaikan ritme aktivitas, yaitu grakan anggota, gerak, menghisap, mengubah arah pandang, dan habituasi. “Untuk sementara dewasa belajar memahami ritme ini, mengatur ritme nya sendiri, dan dengan demikian mempermudah interaksi yang ritmis” (Field, 1978).

Repertoar
            Repertoar bayi meliputi perilaku memandang bersuara, dan ekspresi wajah. Bayi mampu fokus dan mengikuti wajah manusia sejak lahir. Bayi juga dapat mengubah arah pandangnya. Kemampuan ini di kontrol secara volunter. “Bayi tampak menjauhkan pandangannya dari wajah ibu saat diberi stimulus untuk mengatur tingkat kesadaran dan memproses stimulasi yang ia terima” (Field, 1978). Brazelton, dkk, (1974) mengatakan bahwa salah satu respons yang harus dipelajari orangtua ialah kesadaran akan kapasitas bayi untuk mendapat perhatian dan sebaliknya. Pengembangan kesadaran ini khususnya penting jika orang tua berinteraksi dengan bayi prematur.

Respons
            Kesatuan respons ialah respons yang terjadi pada waktu tertentu dan bentuknya sama dengan perilaku stimulus. Respon ini memunculkan suatu perasaan pada individu yang memiliki perilaku itu sehingga mereka turut dalam interaksi tersebut. Dengan kata lain, respons tersebut berfungsi sebagai umpan balik positif. Orang dewasa melihat perilaku bayi seperti tersenyum, besuara, dan melakukan kontak mata, biasanya dalam posisi bertatapan (en face).

Faktor yang Mempengaruhi Respons Orantua

            Cara orang tua berespons terhadap kelahiran anaknya dipengaruhi berbagai faktor, meliputi usia, jaringan, sosial, budaya, keadaan sosial-ekonomi, dan aspirasi pribadi tentang masa depan.
Usia Mental lebih dari 35 Tahun
            Usai ibu sangat mempengaruhi hasil akhir kehamilan. Ibu dan bayi di anggap beresiko tinggi jika ibu berusia remaja atau berusia lebih dari 35 tahun.
            Masalah dan kehawatiran yang terkait dengan kelompok ibu berusia lebih dari 35 tahun. Semakin banyak muncul pada dekade terakhir ini. Penelitian menunjukan beberapa faktor tentu yang mempengaruhi respons orang tua pada kelompok yang lebih tua ini. Keletihan dan kebutuhan untuk lebih banyak istrirahat tampaknya telah menjadi masalah utama pada orang tua yang sudah berusia ini (Queena, 1987; Winslow; 1987).
            Tindakan yang bertujuan untuk membantu ibu memperoleh kembali kekuatan dan tonus  otot (misalnya, latihan senam prenatal dan pascapartum) sangat dianjurkan. Beberapa ibu yang telah berusia merasa bahwa merawat bayi baru lahir melelahkan secara fisik. Banyak wanita yang mendapat pertolongan bila di rujuk ke sumber-sumber pendukung dalam masyarakat (Scott, Meredith, Angwin, 1986).

Jaringan Sosial
            Primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang berbeda. Multipara akan lebih realistis dalam mengantisipasi keterbatasan fisiknya dan dapat lebih mudah beradaptasi terhadap peran dan interaksi sosialnya. Primipara  mungkin memerlukan dukungan yang lebih besar dan tindak lanjut yang mencakup rujukan kedalm bantuan dalam masyarakat. Keluarga dan teman-teman orangtua dan anak baru lahir ini membentuk dimensi penting dalam jaringan sosial orangtua, yang sebagian besar mungkin tergantung pada keadaan budaya. Jaringan sosial memberi suatu sistem dukungan, dimana orang tua dapat meminta bantuan (Crawford, 1985; Cronenwett, 1985).
Crawford (1985) menemukan bahwa jaringan sosial meberi dunkungan dan juga menjadi sumber persoalan. Orang tua dan keluarga mertua, yang membantu urusan rumah tangga dan tidak mengganggu keleluasaan pribadi atau tidak hanya memberi kritikan, akan sangat sdi hargai. Kadang kala jaringan kekerabatan yang luas menumbulkan masalah karena nasihat yang diterima oleh orang tua baru saling bertentangan. Pada beberapa kelompok budaya, suatu jaringan kekerabatan yang luas dapat menjadi unsur pendukung yang penting.

Budaya
            Pengetahuan tentang keyakinan budaya dapat membantu perawat membuat pengkajian yang lebih akurat dan menegakkan diagnosa tentang perilaku orangtua. Misalnya, perawat mungkin khawatir ketika mereka melihat praktik budaya yang kelihatannya tidak baik (Gilanti, 1991). Perawat mungkin melihat seorang wanita yang hampir tidak mau merawat bayinya, menolak dan menggendong bayinya dan melakukan interaksi lebih jauh dengan bayi nya. Penampakan luar yang sepertinya tidak ada perhatian terhadap bayi baru lahir dalam kelompok budaya mereka ialah upaya untuk menjauhlan roh-roh jahat. Dalam kepercayaan wanita ini justru sangat mengasihi dan khawatir akan keselamatan bayinya (Galanti, 1991).

Kondisi Sosial Ekonomi
            Kondisi sosial ekonomi seringkali menjadi jalan untuk mendapatkan bantuan. Keluarga yang mampu membayar pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban keuangan. Keluarga yang menemukan kelahiran seorang bayi suatu beban finansial dapat mengalami peningkatan stres. Stres ini bisa menggangu perilaku orang tua sehingga membuat masa transisi untuk memasuki masa menjadi orang tua menjadi lebih sulit.
            Intervensi keperawatan yang dirancang untuk membantu individu yang mengalami stres karena keadaan ekonomi dilakukan dengan, anatara lain, merujuk orang tua tersebut kebdan-badan bantuan ekonomi dan sosial dalm masyarakat atau badan-badan kesehatan.


Aspirasi Personal
            Bagi beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan pribadi atau kemajuan karier mereka. Kekecewaan yang timbul akibat tidak mencapai kenaikan jabatan, misalnya, mungkin tidak terselaikan pada masa prenatal.  Apabila rasa kecewa ini tidak terselesaikan, hal ini akan berdampak pada cara mereka merawat dan mengasuh bayinya dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya. Aatu sebaiknya, hal tersebut bisa membuat mereka menunjukan rasa khawatir yang berlebihan atau menetapkan standar yang sanagat tinggi terhadap diri mereka dalam memberi perawatan dan juga pada kemampuan perkembangan bayi mereka (Shainess, 1970).
            Intervensi perawat dilakukan dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan bebas kepada seorang pendengar yang obyektif, untuk membahas tindakan yang bisa memberi peluang dan pertumbuhan pribadi, misalnya, dengan melakukan pekerjaan paruh waktu, bekerja sukarela, dan memakai agen-agen yang menyediakan pengasuh sementara atau ibu pengganti sewaktu orang tua melakukan liburan, dan untuk belajar dari mereka tentang cara merawat anak.



ADAPTASI SAUDARA KANDUNG

            Memperkenalakan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak  atau lebih bisa menjadi persoalan bagi orang tua. Mereka di hadapkan pada tugas untuk merawat anaknya yang baru tanpa menelantarkan anak yang lain. Orangtua perlu membagi perhatian mereka dengan adil.
            Anak yang lebi tua harus menyusun posis yang lebih baru di dalan hierarki keluarga. Anak yang tertua harus tetap berada dalam posisi sebagai pemimpin.  Aanak berikutnya dalam urutan tanggal lahir harus berada pada posisi yang lebih superior dari adinya yang baru (Kreppner, dkk, 1982). Bayi ini semakin berkembang dan mulai menunjukan giginya, tetapi anak yang lebih tua harus berusaha untuk tetap berkuasa.
            Orang tua terutama ibu, menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk bisa membuat saudara kandungnya menerima bayi yang baru. Aanak yang lebih tua terlibat aktif dalam persapan kedatangan bayi  dan keterlibatan ini meningkat setelah bayi lahir. Ibu dan ayah menghadapi sejumlah tugas yang terkait dengan penyesuaian dan permusuhan antara saudara.
Tugas-tugas tersebut meliputi hal berikut.
1.      Membuat anak yang lebih tua merasa di kasihi dan di inginkan
2.      Mengatasi rasa bersalah yang timbul dari pemikiran bahwa anak yang lebih tua mendapat perhatian dan waktu yang lebih sedikit
3.      Mengembangkan rasa percaya diri dalam kemampuan mereka mengasuh lebih dari satu anak
4.      Menyusaikan waktu dan ruang untuk menampung bayi baru tersebut
5.      Memantau perlakuan anak yang lebih tua terhadap bayi yang lebih lemah dan mengalihkan perilaku yang agresif.

Kelas persiapan untuk saudara kandung terbukti efektif dalam membantu mengurangi
permusuhan antara saudara sewaktu anak kedua bergabung kedalam keluarga (Fortier, dkk, 1991).

ADAPTASI KAKEK-NENEK

            Jumlah keterlibatan kakek nenek dalam merawat bayi baru lahir bergantung pada banyak faktor, misalnya, keinginan kakek nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan kakek nenek, dan peran kakek nenek dalam konteks budaya dan etnik yang bersangkutan (Grosso, dkk; 1981)
            Orang tua baru dapat memberi semangat untuk melibatkan kakek nenek mereka, keterlibatan ini kan memperkaya kehidupan mereka dan kehidupan anak-anak merek. Dengan  dibantunya orang tua dengan mengatasi opini yang berbeda-beda dan konflik yang belum di selesaikan (misalnya: ketergantungan pengontrolan) di anatara mereka sendiri dan dengan orang tua mereka  mereka dapat terus maju untuk menguasai tugas-tugas perkembangan masa dewasanya dengan semakin baik. Dukungan kakek dan nenek dapat menjadi pengaruh yang menstabilkan keluarga yang sedang mengalami krisis perkembangan, seperti kehamilan dan menjadi orang tua baru (Newell, 1984). Kakek nenek dapat membantu anak-anak mereka dalam mempelajari keterampilan menjadi orang tua dan mempertahankan tradisi dan budaya.

Comments

Popular posts from this blog

Macam-macam Obat dan Fungsinya

Komposisi Cairan Dialisat Untuk Hemodialisis

ASKEP (Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit)